Uploaded by Airlangga Fidiyanto

J00052

advertisement
MODULATOR DAN DEMODULATOR
FSK (Frequency Shift Keying)
Budihardja Murtianta
Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik – UKSW
Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga 50711
Email: budihardja@yahoo.com
Intisari
Pada tulisan ini akan dirancang dan direalisasikam alat modulator dan
demodulator FSK (Frequency Shift Keying). Data yang dikirim
dihasilkan dari saklar, sistem yang dibuat dapat memperlihatkan data
dengan modulasi FSK (Frequency Shift Keying). Alat ini akan
memperlihatkan proses pembentukan sinyal FSK (Frequency Shift
Keying) pada tiap bloknya, sehingga pembaca dapat mengerti
karakteristik isyarat yang dihasilkan. Kemudian isyarat dari modulator
FSK (Frequency Shift Keying) akan dikirim melalui kabel tunggal.
Data yang dikirim akan diterima demodulator, kemudian diubah
menjadi isyarat digital sehingga diperoleh data semula yang dikirim.
Pengujian dilakukan dengan data yang dimodulasi memiliki lebar data
8bit dengan kecepatan pengiriman data ±1200bps. Hasil uji tampak
bahwa isyarat keluaran pada demodulasi FSK (Frequency Shift
Keying) tertunda 100 µs dari isyarat aslinya.
Kata kunci : Modulator, Demodulator, Frequency Phase Shift
Keying
1.
Pendahuluan
Untuk mendukung kelangsungan proses komunikasi data dibutuhkan teknik
modulasi digital untuk menangani hal tersebut. Informasi dapat dipancarkan secara
sederhana dengan pensaklaran on dan off dengan carrier yang sesuai. Proses penyaklaran
ini disebut dengan keying. Karakteristik penerima pesan hanya dapat mengawasandikan
suatu pesan bila memiliki sandi yang tepat. Salah satu teknik modulasi digital yang dapat
digunakan adalah FSK (Frequency Shift Keying. Teknik modulasi FSK (Frequency Shift
Keying) mempresentasikan bit ”1” dan ”0” dalam 2 macam frekuensi yang berbeda,
misal bit “0”: 500 Hz dan bit “1”: 2000 Hz sementara amplitudo dan fase isyarat tersebut
konstan. Teknik modulasi ini banyak digunakan untuk transmisi dengan kecepatan
rendah..
2.
MODULATOR FSK (Frequency Shift Keying)
FSK (Frequency shift keying) merupakan sistem modulasi digital yang relatif
sederhana. Dalam modulasi FSK (Frequency Shift Keying), isyarat pemodulasi berupa
aliran pulsa biner yang bervariasi diantara dua aras tegangan diskret. Rumus umum untuk
sebuah isyarat FSK (Frequency Shift Keying) biner adalah:
V(t) Vc cos
dengan :
c
fm t
2
t
(1)
V(t) = adalah bentuk gelombang FSK biner;
Vc = puncak amplitudo carrier tanpa termodulasi;
c = carrier frekuensi (dalam radian);
fm(t) = frekuensi isyarat digital biner pemodulasi; dan
= beda isyarat pemodulasi (dalam radian).
Keluaran modulator FSK (Frequency Shift Keying) adalah suatu frekuensi tertentu
yang sudah ditentukan. Sesuai dengan perubahan isyarat data masukan biner dari logika 0
ke logika 1, atau sebaliknya, keluaran FSK (Frequency Shift Keying) bergeser diantara
dua frekuensi yaitu suatu mark frekuensi untuk logika 1 dan suatu space frekuensi untuk
logika 0.
Pada FSK (Frequency Shift Keying) ada suatu perubahan frekuensi keluaran
setiap adanya perubahan kondisi logika pada isyarat masukan. Sehingga
menyebabkan laju perubahan keluaran akan sebanding dengan laju perubahan
masukan. Dalam modulasi digital, laju perubahan masukan pada modulator disebut bit
rate dan memiliki satuan bit per second (bps). Sedangkan laju perubahan pada keluaran
modulator disebut baud atau baud rate. Dalam FSK (Frequency Shift Keying) biner, laju
masukan dan laju keluaran adalah sama sehingga, bit rate dan baud rate adalah sama.
Gambar 1. Modulator FSK (Frequency Shift Keying).
Modulasi frekuensi adalah sistem pemodulasi yang mengubah frekuensi isyarat
pembawa sebanding dengan frekuensi sesaat isyarat pemodulasi, sementara amplitudo
dipertahankan tetap.
Pada sistem yang dirancang sebagai modulator FSK (Frequency Shift Keying)
digunakan IC XR-2206 dengan pertimbangan IC XR-2206 dapat menghasilkan
gelombang sinus, kotak, segitiga dengan frekuensi kerjanya hingga 1 MHz. Frekuensi
keluaran XR 2206 ditentukan oleh besarnya nilai kapasitor yang terpasang pada pin 5 dan
pin 6 dan besarnya nilai resistor yang dipasang pada pin 7 dan ground. Hubungan antara
frekuensi dan nilai R dan C diberikan oleh persamaan :
1
f
Hz
(2)
RC
Untuk komponen R1 dan R2 digunakan R potensio, sehingga dapat diatur nilai R
yang diinginkan, dan penggukuran frekuensi dapat dilakukan dengan lebih tepat. Untuk
mendapatkan isyarat sinus 4,6 Khz dan 19,4 Khz, maka terlebih dahulu menetapkan nilai
C yang akan dipakai. Pada realisasi alat nilai C yang digunakan sebesar 100 nF, dengan
menggunakan Persamaan (2) maka didapat nilai R yang digunakan adalah 2173,9 dan
51,5 Ohm. Untai modulator FSK (Frequency Shift Keying) ditunjukkan pada Gambar 2
berikut.
Gambar 2. Untai Modulator FSK (Frequency Shift Keying).
Amplitudo keluaran maksimum bagi isyarat sinus ditentukan oleh nilai resistor
eksternal pada pin 3, dengan besar gelombang keluaran adalah 60 mV untuk setiap1 k
besar R3. Pada realisasi alat nilai R yang terukur 24 k maka amplitudo maksimum
isyarat keluaran adalah 1,44 Volt.
3.
DEMODULATOR FSK (Frequency Shift Keying)
Demodulator FSK (Frequency Shift Keying) berfungsi sebagai pengembali isyarat
FSK (Frequency Shift Keying) menjadi isyarat data digital. Karena hanya ada dua
frekuensi masukan (mark dan space), maka di sini juga hanya ada dua keluaran error
voltage. Satu mewakili suatu logika 1 dan lainnya mewakili suatu logika 0. Gambar 3 dan
Gambar 4 berikut merupakan demodulator FSK dan bagan kotak dari modulator tersebut.
A
FSK Receiver
(Demodulator)
Gambar 3. Demodulator FSK (Frequency Shift Keying).
Bagan kotak modul demodulator FSK (Frequency Shift Keying) yang dirancang
sebagai berikut.
in
B
Low Pass
Filter
Untai
Offset
Pelipat
Frekuensi
D
C
E
Low Pass
Filter
F
G
Komparator
out
Gambar 4. Bagan Kotak Demodulator FSK (Frequency Shift Keying).
3.1.
TAPIS (Filter)
Sifat filter yang umum dipakai adalah sifat melewatkan isyarat masukan pada
frekuensi tertentu dan meredam isyarat masukan pada frekuensi lainnya. Berdasarkan
daerah frekuensi yang dilewatkan dan daerah frekuensi yang diredam filter dapat dibagi
menjadi tiga jenis antara lain: tapis lolos bawah, tapis lolos atas, dan tapis lolos pita.
Isyarat termodulasi FSK (Frequency Shift Keying) terdiri dari isyarat frekuensi tinggi
dan rendah yang merupakan isyarat informasi. Pada demodulator FSK (Frequency Shift
Keying) hanya ada dua frekuensi masukan (mark dan space), maka di sini juga hanya ada
dua keluaran error voltage. Satu mewakili suatu logika 1 dan lainnya mewakili suatu
logika 0. Untuk memenuhi kondisi tersebut maka dalam perancangan ini digunakan tapis
lolos bawah yang bertujuan untuk menghilangkan frekuensi tinggi. Untai tapis lolos
bawah ditunjukkan pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5. Untai Tapis Lolos Bawah.
Realisasi tapis lolos bawah dirancang dengan menggunakan Op-Amp dengan
kemiringan -20dB/decade ini berarti bahwa bila frekuensi meningkat 10 kali fc, tegangan
keluaran akan berkurang 20dB. Persamaan frekuensi penggal untuk untai di atas sebagai
berikut.
1
(3)
fc
2 RC
Untuk komponen R digunakan R potensio, sehingga dapat diatur nilai R yang
diinginkan. Pada realisasi alat nilai R terukur sebesar 890 Ohm sedangkan nilai C yang
digunakan sebesar 0,1 uF, dengan menggunakan Persamaan (3) maka didapatkan
frekuensi penggal sebesar 1790 Hz.
3.2
Untai Offset
Keluaran untai LPF (Low Pass Filter) masuk pada untai offset dengan tujuan
menghilangkan tegangan DC yang ada. Pada sistem terdapat R potensio yang digunakan
untuk mengatur nilai tegangan pada V2. Untai Offset ditunjukkan pada Gambar 6
berikut.
Gambar 6. Untai Offset.
Setelah didapat nilai V2 yang sama dengan V1, dengan menggunakan untai
penguat membalik dasar dan menambahkan resistor masukan lainnya; kita dapat
membuat penguat penjumlah membalik. Tegangan keluaran dibalikkan dan nilainya sama
dengan penjumlahan aljabar. Sehingga didapat persamaan sebagai berikut:
Rf
Rf
Rf
(4)
Vout
V1
V2 ....
Vn
R1
R2
Rn
Bila semua resistor luar sama nilainya (Rf = R1 = R2 = .... = Rn), keluaran dapat
dengan mudah dihitung sebagai penjumlahan aljabar masing-masing tegangan masukan,
atau :
Vout
V1 V2 .... Vn
(5)
3.3
Untai Pelipat Frekuensi
Keluaran untai offset masuk pada untai pelipat frekuensi dengan tujuan
menghilangkan tegangan negatif yang ada sehingga hanya ada tegangan positif. Untai
pelipat frekuensi ditunjukkan pada Gambar 7. berikut.
Gambar 7. Untai Pelipat Frekuensi.
Dengan masukan berupa gelombang sinus keluaran yang dihasilkan berupa
penyearahan gelombang penuh yang memiliki kelipatan dua kali frekuensi isyarat
masukan. Untuk isyarat positif, untai ini bertindak sebagai penguat tak membalik, dan
untuk isyarat negatif untai ini bertindak sebagai penguat membalik.
3.4. Untai Tapis
Keluaran untai pelipat frekuensi masuk pada untai tapis dengan tujuan
memperbaiki isyarat yang ada. Pada sistem terdapat R potensio yang digunakan untuk
mengatur nilai amplitudo pulsa yang diterima. Untai tapis ditunjukkan pada Gambar 8
berikut.
Gambar 8. Untai Tapis Lolos Bawah.
Realisasi tapis lolos bawah dirancang dengan menggunakan Op-Amp dengan
kemiringan -20dB/decade ini berarti bahwa bila frekuensi meningkat 10 kali fc, tegangan
keluaran akan berkurang 20dB.
3.5. Untai Komparator
Besar isyarat selisih yang dihasilkan oleh untai tapis ini kemudian akan
dibandingkan dengan tegangan referensi nol (ground) untuk mengetahui polaritasnya.
Selisih positif dikodekan dengan logika „1β€Ÿdan selisih negatif dikodekan dengan logika
„0β€Ÿ. Logika „1β€Ÿ harus memiliki besar tegangan dengan aras TTL sementara logika „0β€Ÿ
tidak boleh ke tegangan negatif seperti umumnya Op-Amp yang difungsikan sebagai
sebuah komparator. Untuk itu dipakai IC komparator dengan seri LM 319. Untai
komparator ditunjukkan pada Gambar 9 berikut.
Gambar 9. Untai Komparator.
4. Pengukuran dan Analisa Modem FSK
4.1. Modulator FSK
Pengujian modul modulator FSK (Frequency Shift Keying) dengan memberikan
masukan isyarat berupa logika digital dari modul data masukan, didapatkan hasil isyarat
dengan dua frekuensi yaitu f1 4,6 kHz dan f2 19,4 kHz.
Gambar 10. Isyarat Keluaran Titik B Pengujian Sistem Modulator Demodulator
(Frequency Shift Keying).
FSK
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 2 v/div dan time/div sebesar 250 us/div
maka dapat diketahui isyarat yang dihasilkan oleh modul modulator FSK (Frequency
Shift Keying) memiliki tegangan offset sebesar ± 4,4 Volt.
Pada realisasi alat amplitudo maksimum isyarat keluaran adalah 1,44 Volt. Dari
hasil di atas dapat kita ketahui amplitudo tegangan yang dihasilkan oleh modul modulator
FSK (Frequency Shift Keying) memiliki tegangan sebesar ± 2,8 Vpp. Dari pengujian
didapatkan kesimpulan bahwa modul modulator FSK (Frequency Shift Keying) mampu
menghasilkan dua frekuensi berbeda.
4.2. DEMODULATOR FSK
Demodulator FSK (Frequency Shift Keying) berfungsi sebagai pengembali isyarat
FSK (Frequency Shift Keying) menjadi isyarat data digital. Perancangan sistem
demodulasi FSK (Frequency Shift Keying) ini terdiri dari untai tapis, untai offset, untai
pelipat frekuensi, untai komparator, dan untai delay.
4.2.1. Untai Tapis
Titik C merupakan keluaran untai tapis. Pada tahap pengujian ini isyarat masukan
modulator FSK (Frequency Shift Keying) ditapis dengan menggunakan tapis lolos bawah
dan hasil yang didapatkan sebagai berikut.
Gambar 11. Isyarat Keluaran Titik C Pengujian Sistem Modulator Demodulator FSK
(Frequency Shift Keying).
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 1 v/div dan time/div sebesar 500 us/div
kita ketahui isyarat keluaran pada titik C memiliki amplitudo kurang lebih setengah dari
amplitudo pada modul modulator FSK (Frequency Shift Keying) untuk frekuensi rendah
dan amplitudo untuk frekuensi tinggi pada titik C sangat kecil sekali.
Amplitudo tegangan untuk frekuensi 4,6 kHz juga ikut turun dikarenakan pada
tapis yang dirancang frekuensi penggal berada pada frekuensi 1790 Hz. Pada frekuensi
penggal isyarat masukan akan turun 3 dB (amplitudo isyarat menjadi 0,707 kali
amplitudo isyarat masukan atau 0.707 * 2.8 Vpp = 1,98 Vpp). Jika nilai frekuensi
meningkat 10 kali frekuensi penggal maka tegangan keluaran akan berkurang 20dB
sehingga amplitudo isyarat menjadi 0,1 kali amplitudo isyarat masukan atau 0.1 * 2.8
Vpp = 0,28 Vpp. Untuk nilai amplitudo tegangan pada frekuensi 19,6 kHz akan lebih
kecil dari 0,28 Vpp. Dari hasil yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa untai
tapis lolos bawah yang ada pada modul demodulator FSK (Frequency Shift Keying)
berfungsi dengan baik.
4.2.2. Untai Offset
Pada tahap pengujian untai offset ini isyarat masukan dari modulator FSK
(Frequency Shift Keying) yang telah ditapis tegangan DC offsetnya akan diturunkan ke
sumbu nol. Hasil pengujian sistem didapatkan sebagai berikut.
Gambar 12. Isyarat Keluaran Titik D Pengujian Sistem Modulator Demodulator
FSK (Frequency Shift Keying).
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 1 v/div dan time/div sebesar 500 us/div
maka dapat diketahui isyarat yang dihasilkan pada titik D memiliki tegangan sama
dengan tegangan pada titik C hanya tegangan DC offsetnya turun. Dari pengujian
didapatkan kesimpulan bahwa untai offset yang ada pada modul demodulator FSK
(Frequency Shift Keying) mampu berfungsi dengan baik.
4.2.3. Untai Pelipat Frekuensi
Pada tahap pengujian untai pelipat frekuensi ini dengan masukan berupa
gelombang sinus keluaran yang dihasilkan berupa penyearahan gelombang penuh yang
memiliki kelipatan dua kali frekuensi isyarat masukan. Hasil pengujian sistem didapatkan
sebagai berikut.
Gambar 13. Isyarat Keluaran Titik E Pengujian Sistem Modulator Demodulator FSK
(Frequency Shift Keying).
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 2 v/div dan time/div sebesar 500 us/div
maka dapat diketahui isyarat yang dihasilkan pada titik E akan memiliki nilai tegangan
yang berasal dari frekuensi 4,6 kHz sedangkan frekuensi 19,4 kHz nilai tegangan yang
dihasilkan sangat kecil atau tidak ada. Dari pengujian didapatkan kesimpulan bahwa untai
pelipat frekuensi yang ada pada modul demodulator FSK (Frequency Shift Keying)
mampu berfungsi dengan baik.
4.2.4. Untai Tapis
Pada tahap pengujian untai tapis ini dengan masukan untai pelipat frekuensi
keluaran yang dihasilkan akan lebih halus atau memperbaiki isyarat yang ada. Hasil
pengujian sistem didapatkan sebagai berikut.
Gambar 14. Isyarat Keluaran Titik F Pengujian Sistem Modulator Demodulator FSK
(Frequency Shift Keying).
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 2 v/div dan time/div sebesar 500 us/div
maka dapat diketahui isyarat yang dihasilkan pada titik F akan memiliki keluaran yang
lebih baik. Dari pengujian didapatkan kesimpulan bahwa untai tapis yang ada pada modul
demodulator FSK (Frequency Shift Keying) mampu berfungsi dengan baik.
4.2.5. Untai Komparator
Pengujian untai komparator pada titik G dilakukan dengan cara keluaran untai tais
pada titik F masuk pada untai komparator dengan tujuan mendapatkan tegangan DC,
dengan aras tegangan 0Volt untuk frekuensi tinggi dan 5Volt untuk frekuensi rendah.
Hasil pengujian sistem didapatkan sebagai berikut.
Gambar 15. Isyarat Keluaran Titik G Pengujian Sistem Modulator Demodulator FSK
(Frequency Shift Keying).
Dari hasil di atas, dengan volt/div sebesar 5 v/div dan time/div sebesar 500 us/div
maka dapat diketahui isyarat yang dihasilkan pada titik G akan memiliki keluaran
tegangan DC dengan aras tegangan 0Volt untuk frekuensi 19,4 kHz dan 5Volt untuk
frekuensi 4,6 kHz. Dari pengujian didapatkan kesimpulan bahwa untai komparator yang
ada pada modul demodulator FSK (Frequency Shift Keying) mampu berfungsi dengan
baik.
5. Kesimpulan
1.
Data serial sebanyak 8 bit dikirim pada modulator FSK (Frequency Shift Keying)
dan menghasilkan keluaran modulator FSK (Frequency Shift Keying) memiliki dua
frekuensi berbeda bersesuaian dengan data yang diberikan pada masukan. Hasil
keluaran modul demodulator FSK (Frequency Shift Keying) berupa tegangan naik
atau turun bersesuaian dengan data yang diberikan pada masukan.
2.
Modulator FSK (Frequency Shift Keying) dapat menghasilkan keluaran sesuai
dengan data masukan dan berjalan dengan baik.
3.
Demodulator FSK (Frequency Shift Keying) dapat menghasilkan keluaran sesuai
dengan data yang dikirim dari modulator FSK (Frequency Shift Keying) dan
berjalan dengan baik. Dari hasil pengujian dengan cara membandingkan hasil
pengukuran alat dengan hasil menurut teori dapat diketahui bahwa alat dapat
bekerja dengan baik.
4.
Dari hasil pengujian dengan cara membandingkan hasil pengukuran alat dengan
hasil menurut teori dapat diketahui bahwa alat dapat bekerja dengan baik.
Daftar Pustaka
1. Hughes, F.W., Op Amp Handbook, Prentice-Hall, Inc., New Jersey, 1981.
2. Budiharto, Widodo., Elektronika Digital dan Mikroprosesor, ANDI, Yogyakarta,
2005.
3. Proakis, John G, “Digital Communication”, McGraw-Hill, Series in Electrical
Engeneering, 1983.
4. Haykin, Simon, “Digital Communication”, McGraw-Hill, Series in Electrical
Engeneering, 2002.
5. Young, Paul H, “Electronic Communication Technique”, 5th Edition, Pearson
Printice Hall,inc., New Jersey, 1991.
6. Miller, Gary M., Modern Electronic Communication, 4th Edition, PrenticeHall,Inc., New Jersey, 1993.
Riwayat Penulis
Budihardja Murtianta
Memperoleh gelar sarjana dari Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga, pada tahun 1986 dan gelar master dari Asian Institute of Technology,
Bangkok,Thailand pada tahun 1996. Sejak tahun 1986 sampai sekarang bekerja sebagai
dosen di Fakultas Teknik Program Studi Teknik Elektro Universitas Kristen Satya
Wacana, Salatiga.
Download