Uploaded by Norbertus Prabowo

Norbertus Krisnu P-NIM 1311821001-UTS Desain Pembelajaran S2 Kimia April 2022

advertisement
1
UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH
PRODI
HARI/TGL
SIFAT
DOSEN
MAHASISWA
: Desain Pembelajaran Kimia
: S2 Pendidikan Kimia
: Kamis, 7 April 2022
: Take Home, dikumpul tgl 9 April 2022 pkl 12.00
: Prof. Dr. Ucu Cahyana, M.Si
: Norbertus Krisnu P (1311821001)
1. Jelaskan analisis saudara tentang karakteristik materi kimia untuk jenjang
SMP dan SMA dari berbagai referensi (dilengkapi dengan gambar skema)
Karakteristik materi kimia pada jenjang SMP dapat ditinjau dari beberapa
aspek:

Kompleksitas text dan kosakata dalam terminologi kimia yang
dipakai relatif sederhana dan konstekstual.
Pada tingkat perkembangan kognitif siswa-siswa SMP menurut Jean
Piaget umur 12 tahun ke atas, memiliki tingkat kognitif operasional
formal yaitu mampu berpikir logis mengenai soal abstrak serta
menguji hipotesis secara sistematis. Kimia pada jenjang SMP
karakteristiknya terfokus pada bidang ilmu yang mengkaji materi,
perubahan dan energi yang menyertainya, dan aplikasi sehari-hari
yang mudah dilihat / diobservasi terkait dengan mata pelajaran IPA
(fisika, biologi, kimia) pengembangan kompetensi peserta didik secara
utuh. Oleh karena itu, kimia pada IPA jenjang SMP relatif sederhana
dan dengan porsi jumlah jam mengajar yang sedikit. Pendekatan
konstektual learning (CTL) dapat digunakan pada desain
pembelajaran sains sederhana dan pada tahap awal untuk
membangun fondasi sains siswa SMP. Pada segitiga Maslow,
aktualisasi diri pada tahap perkembangan siswa remaja dapat
dijadikan acuan pembuatan tugas-tugas siswa dalam pembelajaran
konstektual yang bermakna, seperti pembuatan lagu bertema kimia,
poster-poster kimia, atau pembelajaran berbasis performance.
2

Materi lebih banyak berupa gambar-gambar atau video
Pada teori belajar behavioristik, belajar merupakan interaksi antara
stimulus dan respons. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus
dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Siswa berinteraksi dengan gambargambar dan video sains (IPA) memberikan pengkondisian lingkungan
belajar yang menarik minat siswa untuk mendalami sains pada jenjang
yang lebih tinggi. Minat sains yang tinggi pada jenjang SMP
merupakan modal bagi siswa di jenjang SMA nanti. Menurut Senge
(2004) bahwa proses berpikir seseorang memerlukan bangunan model
mental yang baik. Seseorang yang mengalami kesulitan dalam
membangun model mentalnya menyebabkan orang tersebut akan
mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan berpikir,
sehingga tidak mampu melakukan pemecahan masalah dengan baik.
Oleh karena itu, minat dan mental sains yang baik harus dipupuk saat
awal-awal pertumbuhan kognitif siswa.

Pada jenjang SMP, aspek kognitif relatif berpusat pada observasi/
pemahaman/aplikasi, tetapi dapat juga ditingkatkan sampai C5
(mengevaluasi) & C6 (mencipta) dengan model-model pembelajan /
pendekatan scaffolding. Pada tabel materi kimia SMP dan SMP dapat
dilihat perbedaan kedalaman dan luas materinya. Materi kimia SMP
yang sederhana dan terlihat surface-approach dapat dijadikan
pembelajaran dengan tingkat kognitif yang lebih tinggi dengan
scaffolding. Berkenaan dengan ini, siswa SMP dituntut lebih banyak
mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains tidak secara
verbalistis (Liliasari, 2007). Model pembelajaran scaffolding seperti
case-base learning, sebagai contoh dimana siswa bermain role-play
sebagai detektif untuk memecahkan kasus yang berhubungan dengan
asam-basa atau pembuatan projek sederhana untuk memecahkan
masalah lingkungan di rumah dapat menunjang pembelajaran siswa
SMP. Berikut ini adalah topik-topik yang umum diajarkan pada jenjang
kimia SMP dan SMA.
3
No
1
Materi Kimia SMP (Umum)
Materi Kimia SMA (Umum)
Pengenalan topik Kimia

Teori Atom
Bahan Kimia di Rumah Tangga

Struktur Atom

Bahan Kimia (Zat Aditif)

Bilangan Kuantum

Bahan Pewarna

Konfigurasi Elektron

Bahan Penyedap dan

Elektron Valensi
Pemberi Aroma

Sistem Periodik Unsur
Zat Kimia sebagai Bahan

Tata

Pemanis



Zat Kimia Sebagai

Hukum Dasar Kimia
Pewangi

Stoikiometri
Bahan Kimia Sebagai

Rumus
dan
Empiris
&
Rumus
Molekul
Bahan Kimia Sebagai

Ikatan Kimia
Pembersih

Ikatan Hidrogen
Bahan Kimia Pembasmi

Larutan Elektrolit dan Non
Serangga

Senyawa
Persamaan Reaksi
Pemutih

Nama
Zat Kimia Pengawet
Elektrolit

Reaksi Redoks

Hidrokarbon dan Minyak Bumi

Termokimia
Makanan dan Minuman
2
Partikel-Partikel Materi

Pengertian Molekul

Laju Reaksi

Pengertian Atom

Kesetimbangan Kimia
Struktur Atom

Koloid
Pengertian Ion

Teori Asam Basa
Ion dalam Kehidupan

Stoikiometri Larutan
Kehidupan

Larutan Penyangga

Larutan Asam Basa

Titrasi Asam Basa

Hidrolisis Garam

Kelarutan Garam

4
3
Unsur dan Cara Penulisan

Sifat Koligatif Larutan
Lambang

Reaksi



Pengertian Unsur Secara
dan
Elektrokimia
Kimia

Sel Elektrolisis
Lambang Unsur Zaman

Sel Volta
Alkimia

Hukum Faraday
Lambang Unsur Tabel

Reaksi Adisi, Substitusi, &
Periodik
4
Redoks
Rumus Kimia Senyawa

Pengertian Senyawa

Pengertian dan Tata
Eliminasi

Korosi

Biomolekul

Kimia Unsur

Logam Alkali & Alkali Tanah

Gas Mulia

Benzena

Turunan Alkana

Isomer

Polimer

Nanopartikel/nanoteknologi
Nama

Senyawa Biner
Definisi dan
Contoh Senyawa Terner

Aturan Penulisan Rumus
Kimia dan Nama
Senyawa sederhana
5
Campuran dan Beberapa Sifat
Larutan

Perbedaan Zat Murni dan
Campuran

Pengertian
5
Campuran Homogen dan
Campuran Heterogen

Mengetahui Jumlah
Campuran Suatu Zat

Pemisahan Campuran
Berdasarkan Sifat Kimia
Zat

Pemisahan Campuran
Berdasarkan Fisika Zat

Pemisahan Campuran
Ekstraksi

Pemisahan Campuran
Kromatografi

Pemisahan Campuran
Sublimasi

Pemisahan Campuran
Kristalisasi

Pemisahan Campuran
Distilasi

Pemisahan Campuran
Filtrasi
6
Asam, Basa, dan Garam

Sifat-sifat Asam, Basa,
dan Garam

Identifikasi Sifat asam,
Basa dan Garam

Derajat Keasaman dan
Kebasaan (pH dan pOH)

Cara Menentukan pH
Suatu Larutan

Cara Mengetahui
Kekuatan Asam dan
6
Basa
Larutan Asam, Basa, dan
Garam Bersifat Elektrolit

Daftar senyawa yang
bersifat asam
Daftar senyawa yang
bersifat basa
Karakteristik materi kimia pada jenjang SMA:

Karakteristik topik-topik pada jenjang SMA bersifat analisis, memicu
stimulus keingintahuan siswa untuk problem solving, dan memerlukan
tingkat berpikir kritis. Kemampuan atau keterampilan berpikir kritis oleh
Fisher (2009) dikembangkan menjadi indikator-indikator:
Memfokuskan pertanyaan, Menganalisis argumen, Bertanya dan
menjawab Pertanyaan, Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber,
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi, Membuat
keputusan dan mempertimbangkan hasilnya, Mengidentifikasi asumsi,
Menentukan suatu tindakan dan Berinteraksi dengan orang lain.

Siswa SMA akan lebih banyak mengalami konflik ketika proses
pembelajaran di kelas berbeda dengan kehidupan sehari-hari.
Kompleksitas materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
dapat menjadi hambatan atau sebaliknya sebagai modal pengalaman
belajar. Rahmawati (2013) menyatakan bahwa proses pembelajaran
kimia, seharusnya tidak hanya terfokus pada pengetahuan, akan tetapi
juga
pada
bagaimana
pengaplikasian
ilmu
kimia
dalam
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
merupakan karakteristik topik-topik kimia di jenjang SMA.

Sebagaimana dinyatakan oleh Johnstone bahwa fenomena kimia
meliputi tiga level, yaitu makroskopik yang bersifat nyata kasat mata,
submikroskopik yang bersifat nyata tetapi tidak kasat mata (abstrak),
dan simbolik (Johnstone, 2006.). Dengan kompleksitas materi kimia di
7
jenjang SMA, aktivitas belajar harus berpusat pada tiga level
makroskopik, mikroskopik, dan simbolik. Sehingga, diharapkan siswa
SMA mampu:
o Pertama, memahami adanya hubungan yang erat antara kimia
dengan situasi, kondisi, dan kejadian di lingkungan sekitarnya.
o Kedua, terampil dalam menyelesaikan masalah secara mandiri
melalui proses berpikir tingkat tinggi (HOTS).
o Ketiga, membangun konsep kimia secara mandiri (students
centered)
Akan tetapi, pada sisi lain, dengan kompleksitas materi kimia SMA
yang jauh lebih tinggi daripada materi SMP, gap beban kognitif
tinggi, dan rendahkan kemandirian belajar siswa, siswa SMA justru
dapat terjebak pada miskonsepsi pada topik-topik tertentu atau
menurunnya minat sains. Hal ini ditandai dengan siswa SMA yang
hanya fokus pada nilai tetapi tidak pada peningkatan skills kimia.
Padahal, kunci pokok dalam pemecahan masalah kimia adalah
pada kemampuan merepresentasikan fenomena kimia pada level
submikroskopik (Treagust, et al., 2003).

Materi kimia SMA relatif lebih abstrak daripada materi SMP. Terkait
dengan Coll (2008), materi belajar yang kompleks dan abstrak perlu
didukung dengan penggunaan model visual, sehingga perlu adanya
latihan
menginterpretasikan
gambar
visual
submikro
melalui
pembelajaran yang melibatkan 3 level fenomena kimia. Devetak, et al.
(2009) menemukan bahwa siswa yang belum pernah di latih dengan
representasi
eksternal
akan
mengalami
kesulitan
dalam
menginterpretasikan struktur submikro dari suatu molekul. Atas dasar
ini, desain pembelajaran pada materi SMA harus dimulai dari
diagnostik / screening awal kemampuan siswa. Berikut desain
pembelajaran Kemp pada topik / materi kimia jenjang SMA:
8

Materi kimia SMA memiliki karakteristik spesifik, maka dalam
memecahkan masalah perlu di-scaffolding berdasarkan multi level
representasi (makroskopik, simbolik, dan sub-mikroskopik). Jika
mengacu pada Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pembelajaran, yang di dalamnya mengisyaratkan tentang
pentingnya penerapan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik, maka penguasaan guru tentang scaffolding menjadi
penting agar peserta didik dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal. Menurut Benyamin S. Bloom ada tiga ranah
yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik yang
dapat dikembangkan pada tiap indikator belajar.

Karakteristik hambatan belajar pada materi kimia SMA menurut
Wiseman (1981), kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi
kebanyakan siswa menengah. Karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang
disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) sebagai berikut:
9
o Abstrak; Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia
yang tidak nampak, yang menurut siswa membayangkan
keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara
langsung.
o Terlalu
menyederhanakan
penyederhanaanya
berakibat
diperlukan
pemikiran
miskonsepsi;.Dalam
dan
pendekatan
tertentu agar siswa tidak mengalami salah konsep dalam
menerima materi yang diajarkan tersebut.
o Berurutan (pra-syarat yang rumit); Topik-topik kimia harus
dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat
menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika
atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu;
o memecahkan soal-soal jenjang SMA dengan hukum-hukum /
konsep tertentu dan tidak hanya proses matematis sederhana;
o Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut
untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga
waktu yang tersedia dapat digunakan seefisien mungkin.
(Rusmansyah dan Irhasyuarna,Y , 2002)
o Bukan hanya sekedar hafalan istilah, tetapi ada proses berpikir
didalamnya, tertutama pada hubungan antar variabel
Karakteristik materi jenjang SMA diatas menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan minimal 4C (creativity, critical thinking,
collaboration, computational skills) dan untuk itu perlu support dari
lingkungan belajar sehingga menghilangkan ketakutan (chemistry
phobia). Siswa harus relaks dalam belajar dan tetap tertantang
untuk belajar.
10
Sumber:
Rahmawati Y. Revealing and reconceptualising teaching identity through the
landscapes of culture, religion, transformative learning, and sustainability
education: A transformation journey of a science educator. Curtin University,
2013.
Johnstone, A.H., 2006. “Chemical education research in Glasgow in
perspective.” Chemistry Education Research and Practice. 7, No. 2. p. 49-63.
Liliasari., 2007. Scientific Concepts and Generic Science Skills Relationship In
The 21st Century Science Education. Seminar Proceeding of The First
International Seminar of Science Education., 27 October 2007. Bandung. 13 –
18.
Treagust, D. F., Chittleborough, G. D., & Mamiala, T., 2003. “The role of
submicroscopic and symbolic representations in chemical explanations.”
International Journal of Science Education. 25, No. 11, p. 1353–1368
Coll, R.K. 2008. “Chemistry Learners’ Preferred Mental Models for Chemical
Bonding.” Journal of Turkish Science Education. 5, (1), p. 22 – 47.
Devetak, I., Erna, D.L., Mojca, J., and Glažar, S.A. 2009. “Comparing
Slovenian year 8 and year 9 elementary school pupils’ knowledge of
electrolyte chemistry and their intrinsic motivation.” Chem. Educ. Res. Pract.
10, p. 281–290.
Senge, P.M., 2004. The Fifth Discipline. The Art and Practice of The Learning
Organization. Doubleday Dell Publishing Group, Inc. New York.
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
11
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan konsep pembelajaran dan manajemen
pembelajaran (sebutkan sumber referensi)
Belajar menurut Skinner adalah menciptakan kondisi peluang dengan
penguatan (reinforcement), sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan
lebih giat belajar dengan adanya ganjaran dan pujian (rewards) dari guru atas
hasil belajarnya. Menurut Gagne dan Briggs (1979), konsep belajar adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat
internal.
Menurut Sahertian (2000: 134), managemen pembelajaran adalah proses
merencanakan program belajar mengajar, melaksanakan proses belajar
mengajar, menilai proses dan hasil, serta mengembangkan manajemen
kelas. Untuk melakukan managemen pembelajaran, guru harus memilik skills:

Penguasan bahan pelajaran

Pengelolaan program belajar mengajar

Pengelolaan
kelas
dengan
mengatur
tata
ruang
kelas
yang
menciptakan iklim belajar yang sesuai,

Pemakaian media sumber belajar;

Pengelolaan interaksi belajar mengajar:

Penguasan landasan-landasan kependidikan

Penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Sumber:
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, cet. 8; Bandung: Alfabeta,
2010, h. 14.
Sahertian, Piet A., 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
12
3. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran
dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia berbasis pendekatan
saintifik ? (dilengkapi dengan gambar skema hubungan antar konsep)
Penyusunan perencanaan dimulai dengan melakukan analisa materi,
karakteristik peserta didik, dan lingkungan belajar. Pada analisis materi, KD
dan
indikator
dianalisa
tingkat
kedalaman
dan
jangkauan
waktu
pembelajarannya dan ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pendekatan saintifik dapat masuk ke dalam semua topik kimia dengan
catatan terdapat sintaks yang meliputi:

Mengamati.
Kegiatan
mengamati
mengobservasi
antara
dilakukan
objek
dengan
yang
mengamati
dianalisis
dengan
atau
materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Menanya.
Kegiatan belajar menanya dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang
diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati.

Mengumpulkan informasi/mencoba.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara yakni dapat membaca
berbagai sumber, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen.

Menalar/mengasosiasi.
Kegiatan ini yakni proses berfikir yang logis dan sistematis atas faktafakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan.

Mengomunikasikan.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan
apa
yang
ditemukan
dalam
kegiatan
mencari
informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola
13
Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Saintifik ini disebut sebagai 5M.
Karakter peserta didik yang cocok untuk pendekatan ini adalah siswa yang
aktif, mandiri, dan student-centered. Lingkungan belajar yang mendukung
pendekatan
saintifik
adalah
lingkungan
belajar
yang
terbuka
untuk
pendapat/diskusi kelompok dan dukungan media belajar yang tepat.
Pada tahap perencanaan, guru dapat mengalokasikan waktu, baik dengan
flip-classroom maupun tatap muka. Pendekatan saintifik dapat menggunakan
model pembelajaran kooperatif, inkuiri, problem-based learning, dll. Ini dapat
digunakan pada semua topik kimia, karena menurut Hosnan (2014)
pendekatan ini berpusat pada peserta didik, melibatkan keterampilan proses
sains dalam mengontruksi konsep, hukum atau prinsip, melibatkan prosesproses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual,
khususnya
keterampilan
berpikir
tingkat
tinggi
peserta
didik,
dapat
mengembangkan karakter peserta didik. Dengan demikian, pendekatan
saintifik memerlukan mental kemandirian siswa yang kuat.
Contoh:
Modul / LKPD yang dikembangkan dengan pendekatan saintifik 5M dilengkapi
dengan panduan mind map. Materi koloid yang bersifat informatif yang
mengharuskan siswa untuk banyak menghafal akan lebih mudah dipadukan
dengan penggunaan mind map untuk memudahkan dalam belajar dan
penguasaan materi pada topik ini. Modul yang dikembangkan dengan 5
tahapan saintifik yaitu
mengamati fenomena-fenomena koloid di lingkungan sekitar,
menanyakan
/
membuat
pertanyaan
tentang
fenomena
koloid,
mengumpulkan data dengan membuat eksperimen efek tyndal dengan
membuat video, mengasosiasi mengola data, dan mengkomunikasikan hasil
percobaan. Siswa diminta untuk membuat mindmap terkait temuan mereka.
Rubrik penilaian sebagai berikut:
Kriteria pembuatan mindmap
1.
Mengenal jenis-jenis koloid & memberikan contoh dengan tepat
2.
Pada mindmap terdapat kaitan dengan fenomena / kegunaan koloid
14
sehari-hari.
3.
Menggunakan kata kunci berdasarkan sifat-sifat koloid dengan tepat.
4.
Menyusun desain mindmap dengan menu interaktif (digital) / fisik
5.
Mempresentasikan produk mindmap dengan sikap sains
Penilaian Unjuk Kerja Sains
Presentasi Mindmap
Siswa
1
Siswa
2
Siswa
3
Siswa
4
Mengenal jenis-jenis
koloid & memberikan
contoh dengan tepat
Menggunakan kata
kunci berdasarkan sifatsifat koloid.
Menggunakan kata
kunci berdasarkan sifatsifat koloid dengan
tepat.
Menyusun desain
mindmap dengan menu
interaktif (digital) / fisik
Mempresentasikan
produk mindmap
dengan sikap sains
Pada evaluasinya, siswa diberikan kesempatan untuk bertanya, mengevaluasi, dan
berkomunikasi antar kelompok. Bentuk-bentuk evaluasi yang bersifat reflektif dan
formatif cocok untuk pendekatan saintifik.
Sumber:
Ghozali, I. (2017). Pendekatan Scientific Learning dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa. Jurnal Pedagogik, 04(01), 1–13
MacDonell, C. 2007. Project-Based Inquiry Units for Young Children: First Step to
Research for Grade Pre-K-2. Ohio: Linworth Publishing,Inc
15
4. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran
dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia menggunakan pendekatan
pembelajaran STEAM ?
(dilengkapi dengan gambar keterkaitan antar
konsep)
Pendidikan STEM disusun dengan beberapa pertanyaan dasar seperti:
bagaimana konsep, prinsip, teknik sains, teknologi,
engineering dan
matematika digunakan secara terintegrasi untuk mengembangkan produk,
proses, dan sistem yang bermanfaat bagi kehidupan
Penyusunan perencanaan dimulai dengan melakukan analisa materi,
karakteristik peserta didik, dan lingkungan belajar. Tools yang dapat dipakai
adalah diagnostik test untuk mengetahui karakter, minat, dan bakat siswa.
Alur yang biasa digunakan untuk pendekatan STEAM adalah dengan EDP
yakni Engineering Design Process (aktivitas membuat karya).
Langkah-Langkah Implementasi STEAM:

Identifikasi berbagai KD

Identifikasi topik yang sesuai dengan KD

Rumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK)

Analisa STEM pada topik terpilih kemudian buat rancangan
pembelajaran dalam RPP
16
Berikut ini adalah contoh analisis KD dan Indikator pada topik tertentu dengan
pendekatan STEAM. Topik yang relevan sebagai contoh adalah elektroplating.
Kompetensi Dasar (Mapel Kimia)
3.6 Menerapkan stoikiometri
reaksi redoks dan hukum Faraday
untuk menghitung besaranbesaran yang terkait sel
elektrolisis.
4.6 Menyajikan rancangan prosedur
penyepuhan benda dari logam
dengan
ketebalan lapisan dan luas tertentu.
Topik : Elektroplating (Penyepuhan Logam)
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.6.1 Mengidentifikasi masalah
dalam
kehidupan sehari-hari yang
terkait pelapisan logam atau
elektroplating.
3.6.2 Menerapkan konsep
elektrolisis
pada
rancangan pelapisan logam.
3.6.3 Menerapkan hukum Faraday
pada
rancangan pelapisan logam.
.
4.6.1 Merancang prosedur pelapisan
dengan
ketebalan dan luas tertentu.
4.6.2 Merangkai alat sesuai dengan
rancangan
(produk rancangan).
4.6.3 Merancang prosedur pelapisan
dengan
ketebalan dan luas tertentu.
4.6.4 Menguji coba rancangan prosedur
pelapisan benda – benda dari
logam.
4.6.5 Menganalisis data hasil ujicoba
pelapisan
benda – benda dari logam.
4.6.6 Menyimpul proses pelapisan benda
benda dari logam berdasarkan
percobaan.
Indikator Pencapaian Kompetensi
4.6.7 Menyempurnakan rancangan
badasarkan hasil uji coba.
4.6.8 Mengkalkulasi rancangan biaya
pelapisan logam.
4.6.9 Mengidentifikasi dampak dampak
lingkungan akibat limbah pelapisan
logam dan pemecaha masalahnya.
17
Guru dapat menyusun perencanaan pembelajaran pada STEAM sebagai berikut:
Pada tahap awal pembelajaran, siswa dan guru sebagai fasilitor menentukan
permasalahan. Pada tahap ini, tahap Ask, Imagine, Plan, Create, Improve
adalah siklus dan siswa dapat mundur dan maju dengan evaluasi.
ASK
IMAGINE
1 Suatu logam dapat melapisi
. logam lain dengan cara elektrolisis
2 Pastikan ada kebutuhan
solusi
.3 akan
Identifikasi kriteria dan (Batasan)
1. Apa solusinya? buatlah dugaan
bagaimana
solusi dari
masalah
bercurah
idetersebut?
dan gagasan
2 Saling
.
.
PLAN

CREATE
Membuat atau menciptakan
rencana yang akan dibuat.

Mengembangkan rencana
yang telah dibuat
IMPROVE
1. Evaluasi, komunikasi dan kemudian refleksi
18
Siklus yang terjadi pada pembelajaran STEAM adalah
Pada
tahap
evaluasi,
siswa
dapat
membuat
jurnal
perkembangan
eksperimennya (reflectrive jurnals) dan menjawab beberapa pertanyaan
sebagai contoh:

Bagaimana tim / kelompok anda berkomunikasi?

Bagaimana data perkembangan proyek dapat dishare ke teman-teman
kelompok?

Mengapa ide ini penting?

Apa yang menjadi faktor keberhasilan kelompok ini?

Bagaimana memaksimalkan produktivitas kerja kelompok?

Bagaimana mengetahui produk ini berhasil?

Bagaimana mengukur keberhasilan produk?

Bagaimana
Anda
mencari
pengetahuan
untuk
menyelesaikan
masalah?

Apa yang harus dilakukan jika menemui kendala?

Sumber / bahan apa saja yang diperlukan?

Bagaimana mengetahui produk / alat bekerja?

Apa saja yang telah dipelajari?

Bagaimana untuk mempresentasikan produk ini?

Apa solusi produk ini menjawab permasalahan di awal?
19
Sumber:
Hadinugrahaningsih, T., Rahmawati, Y., & Ridwan, A. (2017, August). Developing
21st century skills in chemistry classrooms: Opportunities and challenges of STEAM
integration. In AIP Conference Proceedings (Vol. 1868, No. 1, p. 030008). AIP
Publishing LLC.
Rahmawati, Y., Hadinugrahaningsih, T., Ridwan, A., Palimbunga, U. S., & Mardiah,
A. (2021, April). Developing the critical thinking skills of vocational school students in
electrochemistry through STEM-project-based learning (STEM-PjBL). In AIP
Conference Proceedings (Vol. 2331, No. 1, p. 040002). AIP Publishing LLC.
5. Bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, mengelola pembelajaran
dan menyusun evaluasi dalam pembelajaran kimia dengan menggunakan
model kurikulum 2022 ?
Pada
kurikulum
2022
atau
prototipe,
guru
menyusun
perencanaan
pembelajaran dengan meninjau informasi umum dan komponen inti. Pada
informasi umum, terdapat kompetensi awal siswa, sarana prasarana, target
belajar, profile pemuda pancasila, dan model pembelajaran yang digunakan.
Pada komponen inti terdapat:

Tujuan pembelajaran

Pemahaman bermakna

Pertanyaan pemantik

Persiapan pembelajaran

Kegiatan pembelajaran

Asessmen

Pengayaan dan remedial

Refleksi peserta didik dan guru
Profil Pelajar Pancasila (PPP) dapat tercermin dalam konten dan/atau metode
pembelajaran yang digunakan.
20
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Nomor
57 Tahun 2021, dan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 yang
dirangkum
dalam
Program
Sekolah
Penggerak,
Kimia
merupakan
pembelajaran yang bersifat praktis. Peserta didik dilatih untuk melakukan
penelitian kualitatif dan kuantitatif sederhana baik secara individu maupun
kolaboratif mengenai berbagai fenomena kehidupan dunia nyata.
Pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan pembangunan yang
berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs). Kegiatan inti saat
pembelajaran dapat diformulasikan dengan aktivitas Higher Order Thinking
(HOTS) yang berpusat pada:

Kegiatan Literasi
melihat, mengamati, membaca dan menuliskannya kembali.

Critical Thinking
pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik

Collaboration
mendiskusikan,
mengumpulkan
informasi,
dan
saling
bertukar
informasi

Commonication
mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan kemudian
ditanggapi
kembali
oleh
kelompok
atau
individu
yang
mempresentasikan

Creativity
membuat kesimpulan tentang hal-hal yang telah dipelajari dan
membuat produk aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari.
21
Pada evaluasi dibuat sebagai berikut:
No
1
Aspek yang
Bentuk
Instrumen
Waktu
dinilai
Penilaian
Penilaian
Penilaian
Sikap
Observasi
Pengamatan
dan Jurnal
sikap (jurnal)
Selama KBM
2
Pengetahuan
Tes tertulis
Soal tes
Setelah KBM
3
Keterampilan
Unjuk kerja
Pengamatan
Pada saat
Laporan
unjuk kerja
presentasi
tertulis
Penilaian
&
laporan
Pengumpulan
tertulis
tugas
Sumber:
Mulyasa, H. E. (2021). Menjadi guru penggerak merdeka belajar. Bumi Aksara.
Faizah, F., & Widyastuti, S. R. (2022). Pengaruh LKS Kimia Berbasis Problem
Solving terhadap HOTS (Higher Order Thinking Skills). PENDIPA Journal of Science
Education, 6(2), 331-337.
22
Download